Kamis, 27 Agustus 2009
JAKARTA, KOMPAS.com - Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin) tidak hanya dipersempit dan direduksi, tetapi juga disimpangkan dan bahkan dibajak oleh beberapa orang Islam yang kerap mengklaim sebagai Muslim sejati.
Demikian ditegaskan Kepala Badan Litbang dan Pendidikan dan Latihan Departemen Agama HM Atho Mudzhar dalam ceramah menjelang buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta, Kamis (27/8).
Terhadap langkah beberapa orang yang justru kerap mengklaim sebagai Muslim sejati itu, Atho berharap mayoritas umat Islam Indonesia yang moderat bersatu padu dan bersikap tegas dalam menyatakan pandangan dan sikap. Dengan begitu, tidak ada peluang sedikit pun bagi para pembajak Islam bersembunyi.” Mungkin sudah saatnya bagi kelompok mayoritas Muslim Indonesia yang moderat itu untuk tak hanya menjadi silent majority, tetapi harus bersatu padu dan lebih tegas lagi dalam menyatakan pandangan dan sikap. Dengan demikian, masyarakat luas lebih mudah mengambil posisi dan tidak memberi peluang sedikit pun bagi persembunyian para pembajak Islam itu,” katanya.
Islam sebagai rahmat berarti jalan keselamatan, kemaslahatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia di dunia maupun di akhirat. Islam sebagai rahmatan lil alamin juga mengandung arti Islam adalah agama universal, agama bagi seluruh umat manusia.
”Ada dua tantangan yang dihadapi kaum Muslimin di dunia dalam mengusung konsep dan peran Islam sebagai rahmatan lil alamin sekarang ini, yaitu tantangan ketidakpahaman sebagian pemeluk Islam tentang agamanya dan tantangan penyimpangan pemahaman dan pembajakan Islam oleh kelompok garis keras tertentu,” ujar Atho.
Jihad
Atho juga menjabarkan tentang konsep jihad yang maknanya bersungguh-sungguh, bukan melulu perang karena Islam suka damai. Untuk jihad dalam arti perang harus ada tiga syarat penting, yaitu bertemunya dua pasukan Islam dan musuh Islam, negeri Islam diduduki bangsa lain, dan imam atau pemimpin negara memerintahkan hal itu.
Buka puasa di Istana Negara atas undangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghadirkan pimpinan lembaga negara, menteri, para duta besar negara Islam, kepala lembaga pemerintah nondepartemen, pejabat departemen, direktur utama BUMN, tokoh pers, dan alim ulama. Hadir juga Wakil Presiden terpilih Boediono bersama Ny Herawati Boediono dan beberapa anggota tim sukses SBY-Boediono.
Baca Selanjutnya...
Selasa, 25 Agustus 2009
Liputan6.com, Tangerang: Kontrakan Mohamad Jibril, tersangka teroris di kawasan Bintaro, Pondok Aren, Tanggerang, Banten, Selasa (25/8) malam, digeledah tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri. Menurut warga, petugas membawa empat unit pemproses pusat (CPU), komputer jinjing, cakram padat, dan sejumlah buku.
Sementara itu dua orang penghuni rumah, Jirji dan Fahri yang diduga adalah staf tidak diamankan petugas. Rumah ini diduga dijadikan salah satu rumah produksi buku-buku yang bernuansa jihad. Mohamad Jibril selama ini aktif menulis tentang jihad di media yang dikelolanya. Salah satunya di situs arahmah.com. Polisi menduga Mohamad Jibril terlibat peledakan bom di Mega Kuningan dan berperan dalam aliran dana jaringan teroris.
Tim Densus 88 juga menggeledah rumah Abu Jibril yang merupakan ayah dari Mohamad Jibril di Jalan Arjuna Nomor 34 Perumahan Witanaharja, Pamulang, Tangerang. Dalam penggeledahan ini polisi membawa dua buah laptop. Sebelumnya Abu Jibril mendatangi Mabes Polri untuk mengklarifikasi kebenaran anaknya masuk daftar buron.(JUM)
Baca Selanjutnya...
Sementara itu dua orang penghuni rumah, Jirji dan Fahri yang diduga adalah staf tidak diamankan petugas. Rumah ini diduga dijadikan salah satu rumah produksi buku-buku yang bernuansa jihad. Mohamad Jibril selama ini aktif menulis tentang jihad di media yang dikelolanya. Salah satunya di situs arahmah.com. Polisi menduga Mohamad Jibril terlibat peledakan bom di Mega Kuningan dan berperan dalam aliran dana jaringan teroris.
Tim Densus 88 juga menggeledah rumah Abu Jibril yang merupakan ayah dari Mohamad Jibril di Jalan Arjuna Nomor 34 Perumahan Witanaharja, Pamulang, Tangerang. Dalam penggeledahan ini polisi membawa dua buah laptop. Sebelumnya Abu Jibril mendatangi Mabes Polri untuk mengklarifikasi kebenaran anaknya masuk daftar buron.(JUM)
Baca Selanjutnya...
Minggu, 23 Agustus 2009
Jakarta, (tvOne)
Pasca penyerangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, untuk ketiga kalinya muncul blog yang berisi pesan yang mengatasnamakan Al Qaeda Asia Tenggara. Pesan berbahasa Melayu kali ini lebih menyoroti tindakan polisi pada 3 Juli 2008.
Berikut isi pesan Al Qaeda untuk Indonesia:
KENYATAAN MEDIA RASMI
Majlis Asy-syura Al-Mujahidin Tandzim Al-Qaeda Bahagian Asia Tenggara
Kepada: Seluruh Kaum Muslimin Terutamanya Kaum Muslimin di Indonesia
Assalamualaikum,
Perkara: Bebaskan Tawanan! – Anjuran Kepada Kaum Muslimin di Indonesia
Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan Jihad Fi Sabililah sebagai peneguh kemuliaan Kaum Muslimin serta shalawat dan salam atas Nabi Muhammad Sallallahualaihi Wasallam yang menjadi ikutan terbaik bagi ummah ini. Amma Ba'du,
Daripada Abu Musa, dia berkata bahawa Rasulullah Sallallahualaihi Wasallam bersabda: Bebaskan tawanan, berilah makanan kepada orang yang lapar dan jenguklah orang yang sakit. (Sahih Jamius Saghir)
Pada 3 Julai 2008, Pihak Polis Kerajaan Thagut Indonesia telah membuat sidang media dan didalam majlis itu, mereka mendakwa telah menangkap beberapa orang kaum Muslimin yang dikatakan merancangPenangkapan mereka adalah sesuatu yang tidak harus dipandang sepi. Umat Islam harus bereaksi. Mereka yang tertawan telah memberikan sesuatu untuk Islam. Apa pula sumbangan kita? Paling tidak kita harus berusaha membebaskan mereka. Bukan dengan perundingan untuk membebaskan mereka semata-mata tetapi juga dengan peggunaan senjata.
Adakah penangkapan demi penangkapan oleh Kerajaan Thagut Indonesia harus dibiarkan begitu sahaja? Adakah kita mahu penjara-penjara di Indonesia terus-menerus dipenuhi dengan Mujahidin dan penyokong-penyokong Mujahidin? Adakah kita sanggup hidup terus menerus dalam keadaan yang selesa, dengan segala kemewahan dan kesenangan hidup, sedangkan mereka yang tertawan terpaksa hidup dalam penderitaan? Dan, adakah kita nanti hanya mahu menangisi dan memuji tokoh-tokoh jihad semisal akhi Imam Samudera, setelah dia syahid dibunuh Pasukan Penembak tanpa mahu melakukan sesuatu untuk memastikan pembebasannya?
Justeru, bangunlah wahai jiwa. Bangunlah daripada kelemahan kamu. Kami menganjurkan kaum Muslimin, terutama di Indonesia, untuk melakukan apa-apa sahaja cara yang syarie untuk menyelamatkan seluruh Ikhwanul Mujahidin yang sedang tertawan. Antara cara yang dianjurkan ialah:
Menyerang penjara/tempat Ikhwanul Mujahidin ditawan untuk membebaskan mereka jika ada kemampuan untuk melakukan penyerangan sebegitu;
Menawan tebusan daripada kalangan Polis atau Tentera Kerajaan Thagut Indonesia supaya mereka dapat dijadikan tukaran untuk Mujahidin yang tertawan;
Menawan tebusan daripada kalangan pelancong asing terutama daripada Amerika Syarikat, Thailand atau sekutu-sekutunya untuk dijadikan tukaran untuk Mujahidin yang tertawan di Indonesia;
Memulakan penyerangan hendap terhadap Polis atau Tentera Kerajaan Thagut Indonesia secara berkala dan kerap dalam usaha mengugut mereka agar mereka membebaskan keseluruhan Mujahidin yang tertawan.
Justeru, apa yang perlu ialah mengumpulkan kekuatan dan bertindak. Percayalah kepada Allah. Dia pasti membantu orang-orang yang beriman:
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (Dien) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Surah Muhammad ayat 7)
Kepada pihak-pihak yang meninggalkan jihad dan tetap tidak mahu menyelamatkan kaum Muslimin yang tertawan dengan pelbagai alasan, misalnya dengan mengatakan “Indonesia aman, Jihad hanya dibolehkan di tempat konflik”, kami katakan: “teruslah dengan alasan palsu itu, dan itu tidak lain hanya akan membawa kamu kepada kehinaan.” Adakah aman namanya jika ada kaum muslimin yang tertindas? Adakah aman namanya jika pemerintah akan menawan/menangkap kita hanya lantaran Iman dan Jihad kita?
Apa pun, peluang masih terbuka. Bukan sekadar untuk memberikan makan anak dan isteri Mujahidin yang tertawan. Yang lebih penting, bebaskan yang tertawan itu sendiri. Itulah kewajiban kita. Laksanakannya atau kita pasti menerima kesannya.
Abu Ubaidah
Muhajir dan Mujahid Pattani Darussalam
Merangkap Jeneral Awwal Tandzim Al-Qaeda Bahagian Asia Tenggara.
Baca Selanjutnya...
Pasca penyerangan bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, untuk ketiga kalinya muncul blog yang berisi pesan yang mengatasnamakan Al Qaeda Asia Tenggara. Pesan berbahasa Melayu kali ini lebih menyoroti tindakan polisi pada 3 Juli 2008.
Berikut isi pesan Al Qaeda untuk Indonesia:
KENYATAAN MEDIA RASMI
Majlis Asy-syura Al-Mujahidin Tandzim Al-Qaeda Bahagian Asia Tenggara
Kepada: Seluruh Kaum Muslimin Terutamanya Kaum Muslimin di Indonesia
Assalamualaikum,
Perkara: Bebaskan Tawanan! – Anjuran Kepada Kaum Muslimin di Indonesia
Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan Jihad Fi Sabililah sebagai peneguh kemuliaan Kaum Muslimin serta shalawat dan salam atas Nabi Muhammad Sallallahualaihi Wasallam yang menjadi ikutan terbaik bagi ummah ini. Amma Ba'du,
Daripada Abu Musa, dia berkata bahawa Rasulullah Sallallahualaihi Wasallam bersabda: Bebaskan tawanan, berilah makanan kepada orang yang lapar dan jenguklah orang yang sakit. (Sahih Jamius Saghir)
Pada 3 Julai 2008, Pihak Polis Kerajaan Thagut Indonesia telah membuat sidang media dan didalam majlis itu, mereka mendakwa telah menangkap beberapa orang kaum Muslimin yang dikatakan merancangPenangkapan mereka adalah sesuatu yang tidak harus dipandang sepi. Umat Islam harus bereaksi. Mereka yang tertawan telah memberikan sesuatu untuk Islam. Apa pula sumbangan kita? Paling tidak kita harus berusaha membebaskan mereka. Bukan dengan perundingan untuk membebaskan mereka semata-mata tetapi juga dengan peggunaan senjata.
Adakah penangkapan demi penangkapan oleh Kerajaan Thagut Indonesia harus dibiarkan begitu sahaja? Adakah kita mahu penjara-penjara di Indonesia terus-menerus dipenuhi dengan Mujahidin dan penyokong-penyokong Mujahidin? Adakah kita sanggup hidup terus menerus dalam keadaan yang selesa, dengan segala kemewahan dan kesenangan hidup, sedangkan mereka yang tertawan terpaksa hidup dalam penderitaan? Dan, adakah kita nanti hanya mahu menangisi dan memuji tokoh-tokoh jihad semisal akhi Imam Samudera, setelah dia syahid dibunuh Pasukan Penembak tanpa mahu melakukan sesuatu untuk memastikan pembebasannya?
Justeru, bangunlah wahai jiwa. Bangunlah daripada kelemahan kamu. Kami menganjurkan kaum Muslimin, terutama di Indonesia, untuk melakukan apa-apa sahaja cara yang syarie untuk menyelamatkan seluruh Ikhwanul Mujahidin yang sedang tertawan. Antara cara yang dianjurkan ialah:
Menyerang penjara/tempat Ikhwanul Mujahidin ditawan untuk membebaskan mereka jika ada kemampuan untuk melakukan penyerangan sebegitu;
Menawan tebusan daripada kalangan Polis atau Tentera Kerajaan Thagut Indonesia supaya mereka dapat dijadikan tukaran untuk Mujahidin yang tertawan;
Menawan tebusan daripada kalangan pelancong asing terutama daripada Amerika Syarikat, Thailand atau sekutu-sekutunya untuk dijadikan tukaran untuk Mujahidin yang tertawan di Indonesia;
Memulakan penyerangan hendap terhadap Polis atau Tentera Kerajaan Thagut Indonesia secara berkala dan kerap dalam usaha mengugut mereka agar mereka membebaskan keseluruhan Mujahidin yang tertawan.
Justeru, apa yang perlu ialah mengumpulkan kekuatan dan bertindak. Percayalah kepada Allah. Dia pasti membantu orang-orang yang beriman:
Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (Dien) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Surah Muhammad ayat 7)
Kepada pihak-pihak yang meninggalkan jihad dan tetap tidak mahu menyelamatkan kaum Muslimin yang tertawan dengan pelbagai alasan, misalnya dengan mengatakan “Indonesia aman, Jihad hanya dibolehkan di tempat konflik”, kami katakan: “teruslah dengan alasan palsu itu, dan itu tidak lain hanya akan membawa kamu kepada kehinaan.” Adakah aman namanya jika ada kaum muslimin yang tertindas? Adakah aman namanya jika pemerintah akan menawan/menangkap kita hanya lantaran Iman dan Jihad kita?
Apa pun, peluang masih terbuka. Bukan sekadar untuk memberikan makan anak dan isteri Mujahidin yang tertawan. Yang lebih penting, bebaskan yang tertawan itu sendiri. Itulah kewajiban kita. Laksanakannya atau kita pasti menerima kesannya.
Abu Ubaidah
Muhajir dan Mujahid Pattani Darussalam
Merangkap Jeneral Awwal Tandzim Al-Qaeda Bahagian Asia Tenggara.
Baca Selanjutnya...
Jumat, 21 Agustus 2009
SUKOHARJO, KOMPAS.com — Pengurus Majelis Dzikir Nurussalam, Kamis (20/8) siang tadi, mendatangi Abu Bakar Baasyir di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, untuk mengklarifikasi ucapan Abu Bakar Baasyir dalam ceramahnya di Jakarta akhir pekan lalu.
Saat itu, Baasyir mengatakan, jika Presiden SBY tidak sanggup membubarkan dan menutup kantor dagang Israel di Jakarta, Majelis Dzikir-nya dibubarkan saja karena tidak ada gunanya.
Pertemuan pengurus Majelis Dzikir Nurussalam (MDN) yang dipimpin ketuanya, Haris Taher, dengan Abu Bakar Baasyir berlangsung tertutup. Pengurus MDN mewakilkan keterangan kepada pihak Al Mukmin dan Baasyir.
"Kedatangan Majelis Dzikir ke sini untuk mengklarifikasi bahwa majelis ini bukan punya Yudhoyono. Yudhoyono hanya salah satu yang aktif mengikuti. Mereka juga mengatakan, setelah meneliti ke berbagai tempat, kantor dagang itu disebutnya tidak ada," kata Baasyir didampingi Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin Wahyuddin.Dalam pesan pendeknya kepada Kompas, Haris Taher mengatakan, pihaknya telah mengecek ke Kadin, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, serta Departemen Luar Negeri, dan mendapatkan keterangan bahwa tidak ada kantor dagang Israel di Jakarta.
Isu tentang kantor dagang Israel di Jakarta disebarkan sebuah situs di Tel Aviv, informasinya fiktif. Pemerintah RI malah sedang merancang pembangunan rumah sakit di Jalur Gaza. "Sikap pemerintah SBY tetap mengecam keras Israel dan mendukung Palestina merdeka," kata Haris.
Seusai pertemuan, Baasyir meminta agar pemerintah mencabut Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23/MPP/01/2001 yang melegalkan hubungan dagang Indonesia dengan Israel. Surat keputusan ini tentang pencabutan SK Menteri Perdagangan Nomor 102/SK/VIII/1967 tentang Pelaksanaan Peraturan-peraturan di bidang Kebijakan Ekspor dan Pemasaran Barang-barang Produk Indonesia.
Baca Selanjutnya...
Liputan6.com Sidoarjo: Ratusan korban Lumpur lapindo, Jumat (21/8), di Sidoarjo, Jawa Timur, dengan khidmat mengikuti doa bersama di atas tanggul lumpur Lapindo yang kini merendam tempat tinggal serta makam anggota keluarga mereka.
Usai berdoa, korban lumpur menaburkan bunga di atas gundukan tanah dan melempari foto Menteri Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat Aburizal Bakrie. Alasannya, Aburizal dianggap ikut bertanggungjawab atas terjadinya semburan lumpur meski Polda Jawa Timur telah menghentikan penyidikan kasus ini.
Doa bersama dan ziarah ini adalah tradisi yang kerap dilakukan warga menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Warga berharap dapat segera menerima hak-hak mereka yang belum dipenuhi PT Lapindo Brantas.(BJK/YUS)
Baca Selanjutnya...
Usai berdoa, korban lumpur menaburkan bunga di atas gundukan tanah dan melempari foto Menteri Koordinator Bidang Kesejateraan Rakyat Aburizal Bakrie. Alasannya, Aburizal dianggap ikut bertanggungjawab atas terjadinya semburan lumpur meski Polda Jawa Timur telah menghentikan penyidikan kasus ini.
Doa bersama dan ziarah ini adalah tradisi yang kerap dilakukan warga menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Warga berharap dapat segera menerima hak-hak mereka yang belum dipenuhi PT Lapindo Brantas.(BJK/YUS)
Baca Selanjutnya...
MAKSUD hati membantu suami menambah penghasilan, apa daya anak jadi korban. Akibat kerap meninggalkan buah hatinya, Hilal Aljajira (6), Erna Sutika (32) kini harus menelan pil pahit. Usus Hilal bocor dan membusuk hingga harus dipotong. Rupanya tiap hari Hilal hanya menyantap mi instan karena di rumah tak ada orang yang memasakkan makanan untuknya. Berikut cerita Erna.
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang tidak masak.Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak sampai 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan bagian usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga membuat lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Utang belum lunas
Ternyata cobaan kami belum berakhir sampai di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan masih ada bagian usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal harus kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.
Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Namun, di sisi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa. Setiap bulan, aku hanya bisa membawa pulang uang Rp 250.000 atau Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak pernah menentu. Maklum, ia hanya kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.
Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan berhenti bekerja. Alhasil, suamiku harus banting tulang mengerjakan pekerjaan apa pun asal menghasilkan uang. Kendati sudah bekerja begitu keras, rasanya sia-sia saja. Biaya operasi Hilal yang mencapai Rp 16 juta terasa begitu besar dan entah kapan bisa dilunasi. Apalagi, kami hanya punya waktu 10 hari untuk melunasinya. Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari sehingga kami masih sempat meminjam uang ke beberapa keluarga dan tetangga.
Demi kesembuhan Hilal pula, kami harus lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di rumah orangtuaku. Sebenarnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk biaya pengobatan Hilal.
Kata dokter, kolostomi di perut Hilal sudah bisa ditutup setelah tiga bulan. Namun, baru setelah delapan bulan kemudian, tepatnya 23 Juli 2009, operasi penutupan dilakukan. Apalagi kalau bukan masalah biaya. Itu pun bisa dilakukan karena kami dapat bantuan dari sebuah stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.
Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kami selesaikan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), akan masuk SMP. (Bersambung...)
Baca Selanjutnya...
Saat usia Hilal menginjak 2 tahun, aku memutuskan bekerja, membantu keuangan keluarga mengingat penghasilan suamiku, Saripudin (39), kurang mencukupi kebutuhan keluarga.
Aku bekerja di perusahaan pembuat bulu mata palsu, tak jauh dari rumah kami di Garut. Setiap berangkat kerja, Hilal kutitipkan kepada ibuku. Di situ, ibuku kerap memberinya mi instan. Bukan salah ibuku, sih, karena sebelumnya, aku juga suka memberinya makanan itu jika sedang tidak masak.Ternyata, Hilal jadi “tergila-gila” makanan itu. Ia akan mengamuk dan mogok makan jika tak diberi mi instan. Ya, daripada cucunya kelaparan, ibuku akhirnya hanya mengalah dan menuruti kemauan Hilal. Lagi pula, kalau tidak diberi, Hilal pasti akan membeli sendiri mi instan di warung dekat rumah dengan uang jajan yang kuberikan. Praktis, sehari dua kali ia makan mi instan.
Dua kali dipotong
Kamis, 20 November 2008, Hilal mengeluh sakit perut. Kupikir sakit biasa. Anehnya, setelah tiga hari, sakitnya tak kunjung hilang dan ditambah ia tidak bisa buang air besar. Gara-gara itulah perutnya membesar.
Khawatir, kubawa Hilal ke mantri dekat rumah. Karena tetap tidak ada perubahan, kami kemudian membawanya ke RSU Dr Slamet, Garut. Ternyata hasil pemeriksaan dokter lebih menyeramkan dari yang kuduga. Kupikir, cukup dengan obat pencahar perut, sakit Hilal bisa segera sembuh. Rupanya tak segampang itu.
Hasil tes darah dan rontgen memperlihatkan, Hilal harus segera dioperasi karena beberapa bagian di ususnya bocor dan membusuk. Ketika kutanyakan apa penyebabnya, dokter menjawab, akibat dari kandungan makanan yang Hilal konsumsi selama ini tidak sehat dan membuat ususnya rusak. Saat itulah kutahu Hilal terlalu sering menyantap mi instan. Astagfirullah….
Atas rujukan dokter, kami kemudian membawa Hilal ke RS Hasan Sadikin, Bandung, dengan alasan peralatan medis di RS itu lebih lengkap. Sejak awal, tim dokter sudah pesimistis dengan kondisi Hilal yang begitu memprihatinkan dengan berat badan yang tidak sampai 11 kg. Dokter juga bilang, dari puluhan kasus serupa, hanya tiga orang yang bertahan hidup. Aku hanya bisa berserah pada Allah SWT.
Baru pada 25 November 2008 operasi dilakukan di RS Immanuel, Bandung. Saat itu aku sedang hamil tiga bulan. Dokter mengamputasi usus Hilal sekitar 10 cm. Untuk menyatukan bagian usus yang terputus itu, dokter menyambungnya dengan usus sintetis. Selain itu, dokter juga membuat lubang anus sementara (kolostomi) di dinding perut sebelah kanan.
Utang belum lunas
Ternyata cobaan kami belum berakhir sampai di situ. Tiga hari kemudian, dokter menemukan masih ada bagian usus yang bocor. Mau tidak mau, Hilal harus kembali naik ke meja operasi dan merelakan sebagian ususnya lagi.
Jelas, aku dan suami sangat ingin Hilal sembuh. Namun, di sisi lain, penghasilanku sebagai buruh tidaklah seberapa. Setiap bulan, aku hanya bisa membawa pulang uang Rp 250.000 atau Rp 300.000 kalau lembur. Adapun suamiku penghasilannya tidak pernah menentu. Maklum, ia hanya kuli kasar di pabrik tahu di Bandung.
Sejak Hilal jatuh sakit, aku memutuskan berhenti bekerja. Alhasil, suamiku harus banting tulang mengerjakan pekerjaan apa pun asal menghasilkan uang. Kendati sudah bekerja begitu keras, rasanya sia-sia saja. Biaya operasi Hilal yang mencapai Rp 16 juta terasa begitu besar dan entah kapan bisa dilunasi. Apalagi, kami hanya punya waktu 10 hari untuk melunasinya. Untung pihak rumah sakit berbaik hati memberi kelonggaran waktu dua hari sehingga kami masih sempat meminjam uang ke beberapa keluarga dan tetangga.
Demi kesembuhan Hilal pula, kami harus lebih berhemat. Rumah kontrakan kami tinggalkan dan kami menumpang di rumah orangtuaku. Sebenarnya uang kontrakan rumah itu tidak terlalu besar, hanya Rp 300.000 per tahun, tapi tetap saja uang sebesar itu sangat berarti untuk biaya pengobatan Hilal.
Kata dokter, kolostomi di perut Hilal sudah bisa ditutup setelah tiga bulan. Namun, baru setelah delapan bulan kemudian, tepatnya 23 Juli 2009, operasi penutupan dilakukan. Apalagi kalau bukan masalah biaya. Itu pun bisa dilakukan karena kami dapat bantuan dari sebuah stasiun televisi swasta sebesar Rp 14 juta.
Soal utang ke keluarga dan tetangga sebesar Rp 16 juta, entah kapan bisa kami selesaikan. Kepalaku jadi tambah pening bila mengingat, sebentar lagi si sulung, Panda Erdini (11), akan masuk SMP. (Bersambung...)
Baca Selanjutnya...
Selasa, 18 Agustus 2009
Seluruh umat Islam kini menyerukan 'Marhaban Ya Ramadhan, Marhaban Ya Ramadhan", selamat datang Ramadhan, Selamat datang Ramadhan. Di masjid-masjid, musholla, koran-koran, stasiun televisi dan radio dan berbagai mailing list, ungkapan selamat datang Ramadhan tampil dengan berbagai ekpresi yang variatif.
Setiap media telah siap dengan dengan sederet agendanya masing-masing. Ada rasa gembira, ke-khusyu'-an, harapan, semangat dan nuansa spiritualitas lainnya yang sarat makna untuk diekpresikan. Itulah Ramadhan, bulan yang tahun lalu kita lepas kepergiannya dengan linangan air mata, kini datang kembali.
Sejumlah nilai-nilai dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa pun marak dikaji dan kembangkan. Ada nilai sosial, perdamaian, kemanusiaan, semangat gotong royong, solidaritas, kebersamaan, persahabatan dan semangat prularisme. Ada pula manfaat lahiriah seperti: pemulihan kesehatan (terutama perncernaan dan metabolisme), peningkatan intelektual, kemesraan dan keharmonisan keluarga, kasih sayang, pengelolaan hawa nafsu dan penyempurnaan nilai kepribadian lainnya. Ada lagi aspek spiritualitas: puasa untuk peningkatan kecerdasan spiritual, ketaqwaan dan penjernihan hati nurani dalam berdialog dengan al-Khaliq. Semuanya adalah nilai-nilai positif yang terkandung dalam puasa yang selayaknya tidak hanya kita pahami sebagai wacana yang memenuhi intelektualitas kita, namun menuntut implementasi dan penghayatan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Yang juga penting dalam menyambut bulan Ramadhan tentunya adalah bagaimana kita merancang langkah strategis dalam mengisinya agar mampu memproduksi nilai-nilai positif dan hikmah yang dikandungnya. Jadi, bukan hanya melulu mikir menu untuk berbuka puasa dan sahur saja. Namun, kita sangat perlu menyusun menu rohani dan ibadah kita. Kalau direnungkan, menu buka dan sahur bahkan sering lebih istemawa (baca: mewah) dibanding dengan makanan keseharian kita. Tentunya, kita harus menyusun menu ibadah di bulan suci ini dengan kualitas yang lebih baik dan daripada hari-hari biasa. Dengan begitu kita benar-benar dapat merayakan kegemilangan bulan kemenangan ini dengan lebih mumpuni.
Ramadhan adalah bulan penyemangat. Bulan yang mengisi kembali baterai jiwa setiap muslim. Ramadhan sebagai 'Shahrul Ibadah' harus kita maknai dengan semangat pengamalan ibadah yang sempurna. Ramadhan sebagai 'Shahrul Fath' (bulan kemenangan) harus kita maknai dengan memenangkan kebaikan atas segala keburukan. Ramadhan sebagai "Shahrul Huda" (bulan petunjuk) harus kita implementasikan dengan semangat mengajak kepada jalan yang benar, kepada ajaran Al-Qur'an dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Ramadhan sebagai "Shahrus-Salam" harus kita maknai dengan mempromosikan perdamaian dan keteduhan. Ramadhan sebagai 'Shahrul-Jihad" (bulan perjuangan) harus kita realisasikan dengan perjuangan menentang kedzaliman dan ketidakadilan di muka bumi ini. Ramadhan sebagai "Shahrul Maghfirah" harus kita hiasi dengan meminta dan memberiakan ampunan.
Dengan mempersiapkan dan memprogram aktifitas kita selama bulan Ramadhan ini, insya Allah akan menghasilkan kebahagiaan. Kebahagiaan akan terasa istimewa manakala melalui perjuangan dan jerih payah. Semakin berat dan serius usaha kita meraih kabahagiaan, maka semakin nikmat kebahagiaan itu kita rasakan. Itulah yang dijelaskan dalam sebuah hadist Nabi bahwa orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan.
Pertama yaitu kebahagiaan ketika ia "Ifthar" (berbuka). Ini artinya kebahagiaan yang duniawi, yang didapatkannya ketika terpenuhinya keinginan dan kebutuhan jasmani yang sebelumnya telah dikekangnya, maupun kabahagiaan rohani karena terobatinya kehausan sipritualitas dengan siraman-siraman ritualnya dan amal sholehnya.
Kedua, adalah kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya. Inilah kebahagian ukhrawi yang didapatkannya pada saat pertemuannya yang hakiki dengan al-Khaliq. Kebahagiaan yang merupakan puncak dari setiap kebahagiaan yang ada.
Akhirnya, hikmah-hikmah puasa dan keutamaan-keutaman Ramadhan di atas, dapat kita jadikan media untuk bermuhasabah dan menilai kualitas puasa kita. Hikmah-hikmah puasa dan Ramadhan yang sedemikian banyak dan mutidimensional, mengartikan bahwa ibadah puasa juga multidimensional. Begitu banyak aspek-aspek ibadah puasa yang harus diamalkan agar puasa kita benar-benar berkualitas dan mampu menghasilkan nilai-nilai positif yang dikandungnya. Seorang ulama sufi berkata "Puasa yang paling ringan adalah meninggalkan makan dan minum". Ini berarti di sana masih banyak puasa-puasa yang tidak sekedar beroleh dengan jalan makan dan minum selama sehari penuh, melainkan 'puasa' lain yang bersifat batiniah.
Semoga dengan mempersiapkan diri kita secara baik dan merencanakan aktifitas dan ibadah-ibadah dengan ihlas, serta berniat "liwajhillah wa limardlatillah", karena Allah dan karena mencari ridha Allah, kita mendapatkan kedua kebahagiaan tersebut, yaitu "sa'adatud-daarain" kebahagiaan dunia dan akherat. Semoga kita bisa mengisi Ramadhan tidak hanya dengan kuantitas harinya, namun lebih dari pada itu kita juga memperhatikan kualitas puasa kita.
Baca Selanjutnya...
Minggu, 09 Agustus 2009
Sejumlah petugas Detasemen Khusus 88 Polri berseliweran di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Berseragam lengkap dengan senjata api, mereka menjaga sebuah peti mati yang masuk ke kamar forensik sejak Sabtu pagi 8 Agustus 2009.
Maklum, di dalam peti mati itu diduga berisi jasad Noordin M. Top. Gembong teroris ini tewas dalam drama penyerbuan 17 jam oleh polisi di Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang sudah dikepung sejak Jumat 7 Agustus 2009.
Noordin menurut sejumlah data memang tercatat sebagai biang terorisme di Indonesia . Dia sendiri sebenarnya adalah warga Malayasia yang lahir di Kluang, Johor, pada 11 Agustus 1968. Dia mengenal dunia terorisme ini sejak 1995 di Pesantren Luqmanul Hakiem, Johor, Malaysia.
Pesantren itu berdiri 1992. Sang pendiri, Abdullah Sungkar, seorang pendiri Pondok Pesantren Ngruki, Jawa Tengah, menunjuk Mukhlas alias Ali Ghufron --juga dari Pondok Ngruki-- memimpin Luqmanul Hakiem. Materi pendidikan di sini meniru Pesantren Ngruki yang dipimpin Abubakar Ba'asyir.
Setahun kemudian, berdirilah Jamaah Islamiyah, dan Luqmanul Hakiem menjadi Mantiqi I, pengendali JI untuk wilayah Malaysia , Brunei dan Singapura. JI diduga berhubungan Al-Qaedah yang dipimpin Usamah bin Laden, Mujahidin Afghanistan dan Moro selama kurun waktu 1985-2000.
Tetapi hubungan organisasi ini pada ideologis, bukan dalam struktur organisasi.
Ketika datang ke pondok ini, Noordin adalah seorang mahasiswa Universiti Teknologi Malaysia yang mengidolakan pentolan Al-Qaedah.
Belakangan dia belajar di sini, hingga kemudian menjadi guru dan kawin dengan Siti Rahma, adik kandung seorang guru di Luqmanul Hakiem, Mohammad Rais.
Pada 1998, Luqmanul Hakiem memerlukan warga negara Malaysia untuk menjadi kepala sekolah, Noordin lah orang yang ditunjuk. Namun, pemerintah Malaysia tak menerima kehadiran JI. Bahkan, pada 2001 aparat keamanan di sana menguber-uber anggota JI. Riwayat Luqmanul Hakiem tamat awal 2002. Sejumlah tokoh Luqmanul Hakiem kabur ke Indonesia.
Noordin, misalnya, termasuk yang menyeberang ke Indonesia. Bersama tiga anaknya dia ke kampung isterinya di Desa Pendekar Bahar, Bangko, Rokan Hilir, Riau. Letak Rokan Hilir memang berbatasan langsung dengan Malaysia . Akses dari Rohil ke Malaysia menggunakan jalur laut.
Setengah tahun di sini, Noordin pindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Mereka membuka bengkel mobil. Dari Bukittinggi, Noordin dan kelompok JI merancang berbagai teror. kepada pengikutnya, dia berdalil harus melakukan bom sebab sedang diserang musuh-musuhnya.
Waktu itu, dia sudah menggunakan nama samaran Aiman, ini adalah penggalan nama nama orang kedua di Al Qaeda yaitu Aiman Zawaheri. Tetapi di masa ini, sosok Noordin masih dibawah bayang-bayang Mukhlas alias Ali Ghufron.
Dibawah komando Mukhlas, mereka mengebom Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002. Di sini tewas 202 orang tak bersalah. Polisi membekuk sejumlah pentolan, seperti Mukhlas alias Ali Ghufron, Imam Samudra alias Abdul Azis, Amrozi Nurhasyim dan Ali Imron. Kecuali Ali Imron yang dihukum seumur hidup, tiga lainnya dipidana mati. Namun, Noordin lolos.
Sebulan setelah Bom Bali I, Noordin mengontak Azhari Husin, temannya di Luqmanul Hakiem untuk bergabung dengannya di Bukittinggi. Sejak itu, Noordin yang memimpin aksi teror di Indonesia. Dia juga yang berperan merekrut anggota teroris yang baru. Adapun Azhari berperan sebagai perakit bom dan mengajarkan keahliannya kepada sejumlah pengikutnya.
Asmar Latin Sani, adalah pelaku bom bunuh diri yang dididik Noordin. Dialah yang meledakkan dirinya meledakkan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 5 Agustus 2003. Kejadian ini menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Noordin cs menghilang, dan merencanakan peledakan berikutnya.
Dalam bulan itu juga polisi menangkap sejumlah tersangka. Namun Noordin dan Azhari lolos. Mereka berpindah-pindah tempat, antara lain Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam pelariannya itu, Noordin masih sempat mendirikan kamp untuk berlatih bom bunuh diri di Gunung Peti, Cisolok, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Dia juga dapat merekrut pelaku bom bunuh diri bernama Heri Golun. Selain itu, Noordin menambah isteri satu lagi bernama Munfiatun pada Mei 2004. Bahkan dia sempat menjalin hubungan dengan aktifis DI dan merekrut alumni kerusuhan di Ambon dan Poso.
Noordin memerintahkan Heri Gulon beraksi meledakkan bom mobil bunuh dirinya di Kedutaan Besar Australia , Kuningan, Jakarta Selatan 9 September 2004. Korban tewas 11 orang puluhan luka-luka. Polisi kembali menangkapi para teroris yang terlibat, tetapi Noordin dan Azhari masih berkeliaran.
Noordin lagi-lagi dapat merekrut pelaku bom bunuh diri, yaitu Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat. Pada 1 Oktober 2005, tiga cafe di Bali meledak, polisi menemukan kepingan tubuh Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat bersama 20 korban tewas lainnya.
Dalam perburuan setelah Bom Bali II ini, polisi sebenarnya hampir menghentikan langkah Noordin dan Azhari ketika bersembunyi di Batu, Malang, Jawa Timur. Pada 9 November 2005, polisi mengepung tempat itu. Azhari tewas ditembak polisi. Noordin kabur ke Semarang.
Setelah Azhari tewas, Indonesia mulai sepi dari aksi pengeboman pada 2006. Di tahun ini pula Noordin menyunting Arina Rahma di Desa Pasuruan, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Dia tinggal di sini, sampai memiliki dua anak.
Bahkan dia sempat menambah seorang istri lagi di Bogor. Belakangan, polisi menemukan rumah persembunyian Noordin pada 14 Agustus 2009. Di sini juga ditemukan sejumlah bahan peledak. Tiga hari berselang, dua pelaku bom bunuh diri beraksi di Hotel Marriott dan Hotel Ritz Carlton,Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Perburuan Noordin jalan terus. Polisi masih terus menangkapi belasan teroris. Terakhir didapat kabar soal pengepungan di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pria yang tewas di sini diduga Noordin M. Top.
Namun polisi belum secara resmi mengumumkannya. Polisi akan mengumumkan identitas teroris yang diduga Noordin itu setelah tes DNA selesai. "Pekan depan akan kami jelaskan siapa yang bersangkutan," kata Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Baca Selanjutnya...
Maklum, di dalam peti mati itu diduga berisi jasad Noordin M. Top. Gembong teroris ini tewas dalam drama penyerbuan 17 jam oleh polisi di Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang sudah dikepung sejak Jumat 7 Agustus 2009.
Noordin menurut sejumlah data memang tercatat sebagai biang terorisme di Indonesia . Dia sendiri sebenarnya adalah warga Malayasia yang lahir di Kluang, Johor, pada 11 Agustus 1968. Dia mengenal dunia terorisme ini sejak 1995 di Pesantren Luqmanul Hakiem, Johor, Malaysia.
Pesantren itu berdiri 1992. Sang pendiri, Abdullah Sungkar, seorang pendiri Pondok Pesantren Ngruki, Jawa Tengah, menunjuk Mukhlas alias Ali Ghufron --juga dari Pondok Ngruki-- memimpin Luqmanul Hakiem. Materi pendidikan di sini meniru Pesantren Ngruki yang dipimpin Abubakar Ba'asyir.
Setahun kemudian, berdirilah Jamaah Islamiyah, dan Luqmanul Hakiem menjadi Mantiqi I, pengendali JI untuk wilayah Malaysia , Brunei dan Singapura. JI diduga berhubungan Al-Qaedah yang dipimpin Usamah bin Laden, Mujahidin Afghanistan dan Moro selama kurun waktu 1985-2000.
Tetapi hubungan organisasi ini pada ideologis, bukan dalam struktur organisasi.
Ketika datang ke pondok ini, Noordin adalah seorang mahasiswa Universiti Teknologi Malaysia yang mengidolakan pentolan Al-Qaedah.
Belakangan dia belajar di sini, hingga kemudian menjadi guru dan kawin dengan Siti Rahma, adik kandung seorang guru di Luqmanul Hakiem, Mohammad Rais.
Pada 1998, Luqmanul Hakiem memerlukan warga negara Malaysia untuk menjadi kepala sekolah, Noordin lah orang yang ditunjuk. Namun, pemerintah Malaysia tak menerima kehadiran JI. Bahkan, pada 2001 aparat keamanan di sana menguber-uber anggota JI. Riwayat Luqmanul Hakiem tamat awal 2002. Sejumlah tokoh Luqmanul Hakiem kabur ke Indonesia.
Noordin, misalnya, termasuk yang menyeberang ke Indonesia. Bersama tiga anaknya dia ke kampung isterinya di Desa Pendekar Bahar, Bangko, Rokan Hilir, Riau. Letak Rokan Hilir memang berbatasan langsung dengan Malaysia . Akses dari Rohil ke Malaysia menggunakan jalur laut.
Setengah tahun di sini, Noordin pindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Mereka membuka bengkel mobil. Dari Bukittinggi, Noordin dan kelompok JI merancang berbagai teror. kepada pengikutnya, dia berdalil harus melakukan bom sebab sedang diserang musuh-musuhnya.
Waktu itu, dia sudah menggunakan nama samaran Aiman, ini adalah penggalan nama nama orang kedua di Al Qaeda yaitu Aiman Zawaheri. Tetapi di masa ini, sosok Noordin masih dibawah bayang-bayang Mukhlas alias Ali Ghufron.
Dibawah komando Mukhlas, mereka mengebom Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002. Di sini tewas 202 orang tak bersalah. Polisi membekuk sejumlah pentolan, seperti Mukhlas alias Ali Ghufron, Imam Samudra alias Abdul Azis, Amrozi Nurhasyim dan Ali Imron. Kecuali Ali Imron yang dihukum seumur hidup, tiga lainnya dipidana mati. Namun, Noordin lolos.
Sebulan setelah Bom Bali I, Noordin mengontak Azhari Husin, temannya di Luqmanul Hakiem untuk bergabung dengannya di Bukittinggi. Sejak itu, Noordin yang memimpin aksi teror di Indonesia. Dia juga yang berperan merekrut anggota teroris yang baru. Adapun Azhari berperan sebagai perakit bom dan mengajarkan keahliannya kepada sejumlah pengikutnya.
Asmar Latin Sani, adalah pelaku bom bunuh diri yang dididik Noordin. Dialah yang meledakkan dirinya meledakkan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 5 Agustus 2003. Kejadian ini menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Noordin cs menghilang, dan merencanakan peledakan berikutnya.
Dalam bulan itu juga polisi menangkap sejumlah tersangka. Namun Noordin dan Azhari lolos. Mereka berpindah-pindah tempat, antara lain Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam pelariannya itu, Noordin masih sempat mendirikan kamp untuk berlatih bom bunuh diri di Gunung Peti, Cisolok, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.
Dia juga dapat merekrut pelaku bom bunuh diri bernama Heri Golun. Selain itu, Noordin menambah isteri satu lagi bernama Munfiatun pada Mei 2004. Bahkan dia sempat menjalin hubungan dengan aktifis DI dan merekrut alumni kerusuhan di Ambon dan Poso.
Noordin memerintahkan Heri Gulon beraksi meledakkan bom mobil bunuh dirinya di Kedutaan Besar Australia , Kuningan, Jakarta Selatan 9 September 2004. Korban tewas 11 orang puluhan luka-luka. Polisi kembali menangkapi para teroris yang terlibat, tetapi Noordin dan Azhari masih berkeliaran.
Noordin lagi-lagi dapat merekrut pelaku bom bunuh diri, yaitu Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat. Pada 1 Oktober 2005, tiga cafe di Bali meledak, polisi menemukan kepingan tubuh Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat bersama 20 korban tewas lainnya.
Dalam perburuan setelah Bom Bali II ini, polisi sebenarnya hampir menghentikan langkah Noordin dan Azhari ketika bersembunyi di Batu, Malang, Jawa Timur. Pada 9 November 2005, polisi mengepung tempat itu. Azhari tewas ditembak polisi. Noordin kabur ke Semarang.
Setelah Azhari tewas, Indonesia mulai sepi dari aksi pengeboman pada 2006. Di tahun ini pula Noordin menyunting Arina Rahma di Desa Pasuruan, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Dia tinggal di sini, sampai memiliki dua anak.
Bahkan dia sempat menambah seorang istri lagi di Bogor. Belakangan, polisi menemukan rumah persembunyian Noordin pada 14 Agustus 2009. Di sini juga ditemukan sejumlah bahan peledak. Tiga hari berselang, dua pelaku bom bunuh diri beraksi di Hotel Marriott dan Hotel Ritz Carlton,Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Perburuan Noordin jalan terus. Polisi masih terus menangkapi belasan teroris. Terakhir didapat kabar soal pengepungan di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pria yang tewas di sini diduga Noordin M. Top.
Namun polisi belum secara resmi mengumumkannya. Polisi akan mengumumkan identitas teroris yang diduga Noordin itu setelah tes DNA selesai. "Pekan depan akan kami jelaskan siapa yang bersangkutan," kata Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Baca Selanjutnya...
Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri menolak memastikan teroris yang dibekuk di Beji, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu, 8 Agustus 2009, adalah gembong teroris Noordin M Top. Kapolri berkilah masih akan menunggu hasil tes DNA.
Kabar ini membuat berbagai kalangan yang sebelumnya yakin penghuni rumah tersebut Noordin mulai ragu. Apalagi tidak ada bukti-bukti yang menguatkan seseorang yang diserang di dalam rumah adalah Noordin M Top. Baik lilitan bom di badan, senjata-senjata dari dalam rumah hingga jumlah orang didalam rumah yang menyusut. Awalnya dikabarkan empat orang, ternyata satu orang.
Saat muncul ketidakpastian, VIVAnews, Sabtu, 8 Juli 2009, menerima kiriman foto yang diklaim oleh pengirim sebagai kepala teroris “Noordin M Top”. Foto dengan badan tidak utuh, posisi setengah badan dengan kepala hancur sama sekali tidak ada kemiripan dengan foto dan sketsa Noordin M Top yang selama ini beredar di berbagai tempat.
Dalam foto tersebut, setengah kepala hancur mulai jidat ke belakang. Wajah dengan kulit bersih, kepala agak lonjong, mengenakan pakaian warna biru. Di leher tampak mengenakan kalung warna biru. Bagian leher jenjang, tidak segemuk leher Noordin yang tampak di foto dan sketsa yang beredar.
Foto tersebut sudah beredar ke berbagai kalangan, namun tidak ada yang berani memastikan apakah foto tersebut korban tewas saat pengggerebekan di Temanggung atau foto hasil kreasi orang usil.(VIVAnews.com)
Baca Selanjutnya...
Kabar ini membuat berbagai kalangan yang sebelumnya yakin penghuni rumah tersebut Noordin mulai ragu. Apalagi tidak ada bukti-bukti yang menguatkan seseorang yang diserang di dalam rumah adalah Noordin M Top. Baik lilitan bom di badan, senjata-senjata dari dalam rumah hingga jumlah orang didalam rumah yang menyusut. Awalnya dikabarkan empat orang, ternyata satu orang.
Saat muncul ketidakpastian, VIVAnews, Sabtu, 8 Juli 2009, menerima kiriman foto yang diklaim oleh pengirim sebagai kepala teroris “Noordin M Top”. Foto dengan badan tidak utuh, posisi setengah badan dengan kepala hancur sama sekali tidak ada kemiripan dengan foto dan sketsa Noordin M Top yang selama ini beredar di berbagai tempat.
Dalam foto tersebut, setengah kepala hancur mulai jidat ke belakang. Wajah dengan kulit bersih, kepala agak lonjong, mengenakan pakaian warna biru. Di leher tampak mengenakan kalung warna biru. Bagian leher jenjang, tidak segemuk leher Noordin yang tampak di foto dan sketsa yang beredar.
Foto tersebut sudah beredar ke berbagai kalangan, namun tidak ada yang berani memastikan apakah foto tersebut korban tewas saat pengggerebekan di Temanggung atau foto hasil kreasi orang usil.(VIVAnews.com)
Baca Selanjutnya...
Langganan:
Postingan (Atom)