Minggu, 09 Agustus 2009

Perayu Maut dari Johor

Sejumlah petugas Detasemen Khusus 88 Polri berseliweran di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Berseragam lengkap dengan senjata api, mereka menjaga sebuah peti mati yang masuk ke kamar forensik sejak Sabtu pagi 8 Agustus 2009.

Maklum, di dalam peti mati itu diduga berisi jasad Noordin M. Top. Gembong teroris ini tewas dalam drama penyerbuan 17 jam oleh polisi di Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, yang sudah dikepung sejak Jumat 7 Agustus 2009.

Noordin menurut sejumlah data memang tercatat sebagai biang terorisme di Indonesia . Dia sendiri sebenarnya adalah warga Malayasia yang lahir di Kluang, Johor, pada 11 Agustus 1968. Dia mengenal dunia terorisme ini sejak 1995 di Pesantren Luqmanul Hakiem, Johor, Malaysia.
Pesantren itu berdiri 1992. Sang pendiri, Abdullah Sungkar, seorang pendiri Pondok Pesantren Ngruki, Jawa Tengah, menunjuk Mukhlas alias Ali Ghufron --juga dari Pondok Ngruki-- memimpin Luqmanul Hakiem. Materi pendidikan di sini meniru Pesantren Ngruki yang dipimpin Abubakar Ba'asyir.

Setahun kemudian, berdirilah Jamaah Islamiyah, dan Luqmanul Hakiem menjadi Mantiqi I, pengendali JI untuk wilayah Malaysia , Brunei dan Singapura. JI diduga berhubungan Al-Qaedah yang dipimpin Usamah bin Laden, Mujahidin Afghanistan dan Moro selama kurun waktu 1985-2000.

Tetapi hubungan organisasi ini pada ideologis, bukan dalam struktur organisasi.
Ketika datang ke pondok ini, Noordin adalah seorang mahasiswa Universiti Teknologi Malaysia yang mengidolakan pentolan Al-Qaedah.

Belakangan dia belajar di sini, hingga kemudian menjadi guru dan kawin dengan Siti Rahma, adik kandung seorang guru di Luqmanul Hakiem, Mohammad Rais.

Pada 1998, Luqmanul Hakiem memerlukan warga negara Malaysia untuk menjadi kepala sekolah, Noordin lah orang yang ditunjuk. Namun, pemerintah Malaysia tak menerima kehadiran JI. Bahkan, pada 2001 aparat keamanan di sana menguber-uber anggota JI. Riwayat Luqmanul Hakiem tamat awal 2002. Sejumlah tokoh Luqmanul Hakiem kabur ke Indonesia.

Noordin, misalnya, termasuk yang menyeberang ke Indonesia. Bersama tiga anaknya dia ke kampung isterinya di Desa Pendekar Bahar, Bangko, Rokan Hilir, Riau. Letak Rokan Hilir memang berbatasan langsung dengan Malaysia . Akses dari Rohil ke Malaysia menggunakan jalur laut.

Setengah tahun di sini, Noordin pindah ke Bukittinggi, Sumatera Barat. Mereka membuka bengkel mobil. Dari Bukittinggi, Noordin dan kelompok JI merancang berbagai teror. kepada pengikutnya, dia berdalil harus melakukan bom sebab sedang diserang musuh-musuhnya.

Waktu itu, dia sudah menggunakan nama samaran Aiman, ini adalah penggalan nama nama orang kedua di Al Qaeda yaitu Aiman Zawaheri. Tetapi di masa ini, sosok Noordin masih dibawah bayang-bayang Mukhlas alias Ali Ghufron.

Dibawah komando Mukhlas, mereka mengebom Kuta, Bali, pada 12 Oktober 2002. Di sini tewas 202 orang tak bersalah. Polisi membekuk sejumlah pentolan, seperti Mukhlas alias Ali Ghufron, Imam Samudra alias Abdul Azis, Amrozi Nurhasyim dan Ali Imron. Kecuali Ali Imron yang dihukum seumur hidup, tiga lainnya dipidana mati. Namun, Noordin lolos.

Sebulan setelah Bom Bali I, Noordin mengontak Azhari Husin, temannya di Luqmanul Hakiem untuk bergabung dengannya di Bukittinggi. Sejak itu, Noordin yang memimpin aksi teror di Indonesia. Dia juga yang berperan merekrut anggota teroris yang baru. Adapun Azhari berperan sebagai perakit bom dan mengajarkan keahliannya kepada sejumlah pengikutnya.

Asmar Latin Sani, adalah pelaku bom bunuh diri yang dididik Noordin. Dialah yang meledakkan dirinya meledakkan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada 5 Agustus 2003. Kejadian ini menewaskan 12 orang dan mencederai 150 orang. Noordin cs menghilang, dan merencanakan peledakan berikutnya.

Dalam bulan itu juga polisi menangkap sejumlah tersangka. Namun Noordin dan Azhari lolos. Mereka berpindah-pindah tempat, antara lain Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dalam pelariannya itu, Noordin masih sempat mendirikan kamp untuk berlatih bom bunuh diri di Gunung Peti, Cisolok, Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Dia juga dapat merekrut pelaku bom bunuh diri bernama Heri Golun. Selain itu, Noordin menambah isteri satu lagi bernama Munfiatun pada Mei 2004. Bahkan dia sempat menjalin hubungan dengan aktifis DI dan merekrut alumni kerusuhan di Ambon dan Poso.

Noordin memerintahkan Heri Gulon beraksi meledakkan bom mobil bunuh dirinya di Kedutaan Besar Australia , Kuningan, Jakarta Selatan 9 September 2004. Korban tewas 11 orang puluhan luka-luka. Polisi kembali menangkapi para teroris yang terlibat, tetapi Noordin dan Azhari masih berkeliaran.

Noordin lagi-lagi dapat merekrut pelaku bom bunuh diri, yaitu Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat. Pada 1 Oktober 2005, tiga cafe di Bali meledak, polisi menemukan kepingan tubuh Salik Firdaus, Misro, dan Aip Hidayat bersama 20 korban tewas lainnya.

Dalam perburuan setelah Bom Bali II ini, polisi sebenarnya hampir menghentikan langkah Noordin dan Azhari ketika bersembunyi di Batu, Malang, Jawa Timur. Pada 9 November 2005, polisi mengepung tempat itu. Azhari tewas ditembak polisi. Noordin kabur ke Semarang.

Setelah Azhari tewas, Indonesia mulai sepi dari aksi pengeboman pada 2006. Di tahun ini pula Noordin menyunting Arina Rahma di Desa Pasuruan, Binangun, Cilacap, Jawa Tengah. Dia tinggal di sini, sampai memiliki dua anak.

Bahkan dia sempat menambah seorang istri lagi di Bogor. Belakangan, polisi menemukan rumah persembunyian Noordin pada 14 Agustus 2009. Di sini juga ditemukan sejumlah bahan peledak. Tiga hari berselang, dua pelaku bom bunuh diri beraksi di Hotel Marriott dan Hotel Ritz Carlton,Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Perburuan Noordin jalan terus. Polisi masih terus menangkapi belasan teroris. Terakhir didapat kabar soal pengepungan di Temanggung, Jawa Tengah. Seorang pria yang tewas di sini diduga Noordin M. Top.

Namun polisi belum secara resmi mengumumkannya. Polisi akan mengumumkan identitas teroris yang diduga Noordin itu setelah tes DNA selesai. "Pekan depan akan kami jelaskan siapa yang bersangkutan," kata Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Bambang Hendarso Danuri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar