Kamis, 01 Oktober 2009

Lestarikan Batik, Cintai Budaya Lokal


"Saya mau pakai yang putih itu," ucap Gendis Aisyah (5), seraya menunjuk canting berwarna putih yang tergeletak di atas wajan berisi lilin. Siswa pendidikan anak usia dini (PAUD) Kucica, Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu telah duduk manis di hadapan kain putih berukuran 2 meter x 3 meter untuk mulai membatik, Kamis (1/10).

"Jangan lupa ditiup dulu ya," ujar Deasy Irawati (34), sang guru, seraya menyodorkan canting berisi lilin kepadanya. Seperti layaknya anak yang sedang asyik bermain, Aisyah kemudian hanyut dalam aktivitasnya menitikkan lilin den gan mengikuti motif bunga yang sudah tergambar. Selain bunga, ada motif daun, kupu-kupu, dan burung yang telah dibuat para guru mereka sebelumnya.

Aisyah bersama dengan 13 siswa PAUD Kucica sedang mengikuti kelas membatik untuk menyambut pengukuhan batik Indonesia dalam Daftar Representatif Budaya tak Benda Warisan Manusia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), di Abu Dhabi, Jumat (2/10).Retno Manuhoro, pimpinan PAUD Kucica, mengatakan, kegiatan tersebut bertujuan untuk menanamkan rasa mencintai budaya lokal kepada anak-anak sejak dini. Selain itu, membatik juga dapat merangsang saraf motorik anak karena melatih anak mengikuti pola tertentu, kata Retno.

Melihat antusiasme para siswa, Retno meyakini kegiatan ini dapat memiliki efek jangka panjang. Batik buatan para siswa ini nantinya akan dilanjutkan dalam setiap kelas kerajinan di sekolah ini untuk dijadikan sebuah karya bersama dan akan dipamerkan pada saat kurikulum berakhir.

Di Kota Semarang, apresiasi terhadap penetapan batik sebagai warisan dunia ini digaungkan oleh 16 denok dan kenang-duta wisata Kota Semarang. Di persimpangan jalan Tugu Muda, Kamis (1/10) sore, sebagian dari mereka berlenggak-lenggok layaknya model,sedangkan sisanya membagikan brosur kepada pengendara yang berisi pemahaman mengenai batik dan ajakan untuk menggunakan batik.

Ketua Paguyuban Pencinta Batik Indonesia Bokor Kencono Diah Wijaya Dewi mengatakan, momen pengukuhan batik sebagai warisan budaya dunia ini dapat menyadarkan masyarakat untuk melestarikan batik. Namun, masyarakat perlu diberikan pemahaman soal batik dan diajak untuk membiasakan diri menggunakannya.

Jangan hanya memakai batik ketika ada peristiwa seperti ini tetapi setelah itu melupakannya. Lewat momen ini, masyarakat dapat berbangga diri menggunakan batik tulis dan cap sebagai produk asli Indonesia, katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang Arief Moelia Edie mengatakan, seluruh pegawai di lingkungan Pemerintah Kota Semarang juga telah diimbau untuk menggunakan batik pada Jumat (2/10), sebagai bentuk apresiasi terhadap pengukuhan batik sebagai warisan dunia.

Pemkot Semarang juga mengadakan pameran batik dan pelatihan membatik bagi 100 orang pelajar dan umum, yang digelar di kampung batik Bubakan, Semarang. Dengan kegiatan ini, kami ingin memasyarakatkan batik dan mendukung gerakan 100 persen penggunaan produk lokal, ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar